Ungkapan Maaf Untuk Ibu

" Ibu terima kasih telah menyadarkanku, tidak harus menjadi manusia yang sempurna untuk mendapatkan cinta yang sempurna.. "
Le sehat?.. demikian kalimat itu yang terlontar dari ujung telepon. Ya, begitulah ibu jika saya telepon, atau dari rumah yang menelepon. Suaranya yang lirih dan penuh kesejukan membuat hati ini ingin sekali hadir dan berada di hadapannya. Tapi, apa boleh buat, semuanya harus saya jalani dan nikmati agar nanti bisa indah pada akhirnya.

Maklum jarak kami tersekat lumayan cukup jauh, Ibu di rumah. Sedangkan saat ini saya sedang berhijrah untuk menggapai cita-cita. Pertengahan tahun 2009 silam, saya ingat betul ketika nekat dan memberanikan diri untuk berangkat ke tempat yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.

Kota Gudeg; Yogyakarta, di sinilah saat ini saya menetap. Saya lebih senang menyebut Jogja dengan sebutan padepokan pertapaan jiwa, kawah condrodimuko. Karena di sinilah semuanya dimulai. Pengalaman susah dan sedih melebur menjadi satu. Apalagi kalau sakit melanda, tak ada saudara satupun yang mengurus apalagi membantu. Semuanya dilakukan sendiri.

Semuanya sudah biasa sendiri, dalam keadaan sakit mapun sehat semuanya dilakukan sendirian. Saya tahu, ibu percaya bahwa saya bisa sendiri dan mandiri. Sebagaimana yang sudah ibu ajarkan ketika di rumah dulu. Semuanya dilakukan sendiri-sendiri, tanggung jawab terhadap barang yang dimiliki ya sendiri-sendiri.

Tak terasa, semuanya sudah 5 tahun. Meski telah terbiasa dengan  kesendirian, kadang rindu akan keluarga di rumah tak bisa terbantahkan. Terutama rindu akan sosok ibu dan bapak di rumah. Apalagi jika menjelang sore hari, awan merah keemasan membaut hati ini luluh dan ingin segera berkumpul dengan mereka.

Hari ini tanggal 22 Desember 2014, bertepatan dengan hari ibu. Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk mengungkapkan rasa sayang ini kepada Ibu. Selain untaian doa dan permohonan maaf yang sebanyak-banyaknya. Sebab belum bisa menjadi anak yang baik, belum bisa membahagiakan, dan belum bisa membalas jasa-jasa ibu.
“Terima kasih Ibu, kini aku semakin yakin Ibu selalu memberi apa yang kubutuhkan, tanpa pernah berharap dan meminta balasan dariku.”
“Terima kasih Bu. Aku tahu dulu Ibu lebih memilih menghabiskan waktu untuk membesarkanku daripada memilih melakukan hal-hal yang Ibu inginkan.”
Mohon maaf, Amir belum bisa pulang. Belum bisa membahagiakan ibu dan bapak di rumah. Salam hangat teramat dalam dari anakmu, di padepokan pertapaan jiwa, kawah Condrodimuko…

Google Plus
    Komentar Lewat Blog
    Komentar Lewat Facebook

0 komentar:

Posting Komentar