Sebuah Pelarian

Perkenalan kami ketika itu tidak disengaja. Aku mengenalnya dari salah seorang teman yang sedang bekerja di daerah Tangerang. Tetapi waktu itu temanku sedang mengikuti sebuah pelatihan atau training di kota Bandung.

Ade Sudarno nama lengkapnya. Awal perkenalan kami begitu sangat biasa. Sebab waktu itu aku hanya sebatas menjalin silaturahmi dengan teman dan juga karena waktuku sangat luang jadi sering kusempatkan untuk ngobrol dengan teman. Tapi karena temanku juga super sibuk, akhirnya aku sering ngobrolnya sama Ade.

Aku tidak terlalu dekat dengan Ade, karena waktu itu yang kutahu ia juga sudah punya pacar. Kata temanku juga pacarannya juga parah sih. Aku sempat tidak percaya, sebab penampilannya menurutku lumayan rapid an berkerudung juga. Tetapi setelah mendengarkan pemaparan sang teman aku pun semakin percaya. Apalagi setelah melihat foto-foto facebooknya.

Obrolan kami biasa saja dan hanya sekedarnya saja. ketika itu ia sering banget menyanjung dan memujiku setengah mati, tapi untung saja aku enggak sedikitpun merasa Ge-er dibuatnya. Beberapa lama kemudian kami pun tak pernah kontekan lagi dan seolah hilang kontak. Hingga suatu hari ada pesan masuk ke ponselku. Nomornya baru da nisi pesannya sekedar menyapa.

Karena nomornya baru, langsung kubalas dan kutanyakan langusung siapa pemilik nomor tersebut. Ketika itu tak ada balasan dan akupun lupa dengan sms tersebut. Barulah setelah dua hari, sms itu datang lagi “Amar.. ini Ade, masih ingatkan… temannya Ati.” Tanpa basa-basi kubalas smsnya dan kami pun saling tanya kabar dan sebagainya.

Lama kelamaan kami sering bertukar kabar dan ia sering meneleponku. Dari situ kami dekat dan sering ngobrol. Bahkan ia juga sering memintaku untuk menemuinya di kantor tempat ia bekerja. Karena akau juga sibuk, terpakasa aku tidak bisa memenuhi permintaanya tersebut. Dari kedekatan itulah kami bisa saling terbuka satu sama lain.

#
Ade tinggal bersama nenek dan ayahnya. Ibunya sudah meninggal karena penyakit asma, dan usia ade waktu itu masih sangat kecil. Ia tidak punya adik maupun kakak. Hanya beberapa sepupu dan keponakan yang bandelnya minta ampun. Bahkan neneknya juga cerewet dan tak segan untuk memarahinya, kata ade sih neneknya galak.

Sang ayah tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya buruh dan kadang sesekali jadi tukang ojek. Dari keprihatinan itulah ade selepas sekolah menengah kejuruan tamat, ia langsung bekerja di salah satu mall sebagai kasir. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai kasir ia pun merasa bosan dan pindah.

Dari pekerjaannya yang satu ini ia merasa jatuh cinta dan tak ingin pindah, meskipun rasa bosan dan jauhnya perjalanan yang ditempuh sering menjadi kendala. Tetapi dari dukungan teman kantor ia tetap merasa nyaman dan sreg bekerja di sana.
#

Semasa sekolah ia sempat pacaran dengan salah seorang karyawan. Kebetulan waktu itu mereka bertemu kala pihak sekolah memberikan tugas praktek kerja lapangan (PKL). Dari situlah mereka sering dekat dan akhirnya pacaran. Tetapi sayang, selepas PKL dan Ade lulus sekolah. Ternyata sang pujaan hati sudah ada calon dan mereka pun menikah.

Lepas ditinggal nikah, ia dapat gebetan baru. Laki-laki itu awalnya menawarkan dirinya bekerja sebagai staf administrasi di tempat ia bekerja. Dari sanalah mereka saling dekat dan sering diantar jemput bahkan kerap pulang bareng. Hari libur juga kadang sering dihabiskan dengan bersama.

Karena kerjanya bagus, akhirnya ia dipindahkan ke kantor pusat, sedangkan sang cowok masih ditempatkan di cabang. Pertemuan mereka semakin jarang dan hubungan mereka pun semakin renggang. Tetapi yang sangat disayangkan, sewaktu mereka sering bersama sudah sering tidur bareng. Bahkan sudah tidak terhitung berapa kali mereka melakukan hubungan suami istri.

Itulah yang menyebabkan ia tak bisa berbuat apa-apa ketika sang cowok pergi dan memilih perempuan lain. Hatinya tersayat dan begitu sakit.
#

Dari beberapa kisah yang dialaminya, aku merasa terpanggil dan berniat ingin membantunya. Sebisa mungkin kucoba untuk menyadarkan dirinya dan menghiburnya. “selama mau bertaubat dan memperbaiki diri semuanya tidak ada yang terlambat… masih bisa. Allah itu maha pengampun kok…

Bersambung ....



Google Plus
    Komentar Lewat Blog
    Komentar Lewat Facebook

0 komentar:

Posting Komentar