Antara Banten dan Jogja (1)

Sri Mulyati dan Aida, kedua gadis itulah yang kukenal kala kami bersua sepulang ziarah dari Banten. Waktu itu terasa begitu indah dan mengasikan. Perkenalan yang begitu singkat dan diakhiri dengan perpisahan yang begitu indah. Kami bertemu di Stasiun Karangantu dan berpisah pula di Stasiun Cikeusal.

Kisah ini sekitar tahun 2008 silam. Kisah yang sengaja diangkat ini sebagai kenangan untuk mengenang mereka, sekaligus menguak kisah 'lika-liku' yang ada di dalamnya. Terlebih pasca pertemuan di Banten. Aku jatuh cinta dan merasa cocok dengan sosok Sri Mulyati. Hingga semuanya harus berakhir dengan sebuah kesedihan, disebabkan karena jarak dan masa depan.

***

Kala itu, Aku dan Erik berangkat ke Banten dengan cara yang unik. Ya, kami waktu itu mengandalkan tumpangan kendaraan-kendaraan yang lewat, hingga kami sampai ke Stasiun Jambu. Awalnya aku ragu dengan Erik yang mau diajak dengan cara senekat itu, tetapi setelah Erik meyakinkan akhirnya semuanya berjalan dengan mulus. Kami tiba di tempat tujuan selepas magrib.

Tak banyak yang dapat kami lakukan di sana. Istirahat dan mencari tempat yang bisa kami jadikan untuk bermalam. Selepas isya, karena kami lapar, maka kami pun sempatkan untuk mengisi perut di pinggir jalan. Selepas itu kami hanya duduk dan tiduran saja, sambil mengamati penziarah yang terus berdatangan tiada hentinya.

Sambil duduk-duduk di teras masjid banten, tiba-tiba kami didatangi oleh laki-laki setengah baya. Dari gaya bicara dan omongannya seperti orang berpendidikan. Lantas kami pun langsung merasa klop dan saling ngobrol dengan akrabnya. Tapi makin lama, kami merasakan ada sesuatu yang aneh dengan laki-laki tersebut.

Karena tidak tenang, akhirnya di sela-sela Erik mengobrol dengan laki-laki setengah baya itu, aku pura-pura izin untuk pergi ke kamar kecil. Dari bapak penual cilok yang ada di ujung jalan itulah akhirnya aku tahu siapa laki-laki tersebut. "Hati-hati dek, laki-laki itu punya kelain seks dan sudah banyak korbannya." demikian saran dari tukang cilok.

Mendapat informasi tersebut, Aku pun semakin curiga dan memilih jaga jarak dengannya. Kubisikan ke telinga Erik untuk hati-hati dan jaga jarak dengannya. Karena takut terjadi apa-apa, akhirnya kami pun meninggalkannya diam-diam, kala ia mulai terlelap tidur.

Bersambung....

Google Plus
    Komentar Lewat Blog
    Komentar Lewat Facebook

0 komentar:

Posting Komentar