Tarawih Malam Pertama

Di masjid Baiturrahman, biasanya sebelum memulai shalat tarawih ada sambutan dari ketua panitia ramadhan. Isinya mengenai teknis kajian selama ramdhan, takjil, infaq, parkiran dan lain sebagainya.

Banyak hal yang dibahas. Termasuk formasi tarawih yang biasa dipakai. "Di masjid kami, pakainya sebelas. Empat empat tiga..." Demikian kata ketua panitia di sela-sela sambutannya. Ditutup dengan permohonan maaf jika banyak kekurangannya.

Sholat tarawih pun siap dimulai. Lalu takmir memanggil petugas imam yang sudah disiapkan khusus untuk sebulan ramdhan penuh. Terutama untuk shalat tarawihnya. "Petugas imam, dari al-Madinah kami persilakan." Majulah anak muda bertubuh agak gemuk. Memakai gamis, celana, dan kopiahan.

Sebelum takbir, saya lihat jam di hape. Waktu itu menunjukan pukul 19.40 wib. Shalat tarwih pun dimulai. Rakaat pertama berlalu. Rakaat kedua: setelah sujud kedua, rupanya sang imam tidak berdiri, melainkan duduk tahiat akhir dan salam.

Dari situ jamaah kebingungan. Lalu ada jeda agak lama --sepertinya takmir mengingatkan-- dan shalat tarawih dimulai kembali. Kali ini empat rakaat langsung. Setelahnya ada jeda agak lama lagi. Dilanjut  shalat tarawih lagi 4 rakaat. Barulah pas witir imam bersuara meski pelan dan tidak lengkap dengan jumlah rakaatnya. "Sekarang witir..." suara pelan dari pengeras suara.

Yuk Dievaluasi

Kenapa bisa salah rakaat di awal? Apa mungkin si imam murni lupa atau tidak mendengar sambutan dari takmir. Atau juga tidak menanyakan langsung ke takmir terkait kebiasaan shalat tarawih di Masjid Baiturrahman.

Ketika tahu ada yang salah, seharusnya juga, sang imam menawarkan kepada jamaah lebih dulu --lewat pengeras suara. Mau dilanjut dua-dua saja, karena terlanjur atau diganti jadi empat-empat. Jika jadinya empat-empat, yang dua di awal dianggap bonus dan latihan pemanasan. Kalau begitukan enak. Dan clear masalahnya, tidak simpang siur makmumnya.

Dan juga, si imam sebelum melaksanakan shalat tarawih seyogyanya memberitahukan kepada jamaah jumlah rakaat shalat yang akan kita pakai. Supaya niat makmum jelas, tidak bingung. Niatnya empat malah cuma dua rakaat. Niat dua, malah imam jadi empat rakaat. Kebingungan.

Saya yakin banyak jamaah yang kebingungan. Tapi yakin sajalah sama Allah swt. Toh itu bukan kehendak kita yang ingin salah, tapi mungkin imamnya juga masih dalam tahap belajar. Kita sebagai makmum harus mengambil pelajaran dari kejadian ini. Supaya tidak terulang di hari kemudian.

Kami, jika diminta untuk menjadi imam atau kultum sebelum tarawih atau selepas shalat subuh di masjid-masjid. Sehari sebelum jatuh tempo, maka kami telah survei terlebih dulu. Kadang ikut shalat di sana. Sekedar untuk mengamati jamaah dan kebiasaannya. Lebih condong ke "hijau" atau ke "biru".

Catatan Amhaisme
Ramadhan 1440 H. #1

___

Google Plus
    Komentar Lewat Blog
    Komentar Lewat Facebook

0 komentar:

Posting Komentar